About Me

Powered by Blogger.

Search This Blog

Translate

Statistik

Tinggalkan Jejakmu Disini

Pages

Soft Skill

Mar 21, 2011 | Admin


Modal Sosial yang Menjembatani (Bridging Social Capital)

Analisa
Dalam buku “Lead to Togetherness” dijelaskan betapa pentingnya bersosialisasi antar sesama dalam suatu organisasi atau perusahaan dengan modal sosial dalam bentuk kebersamaan yang tinggi maka suasana kerja menjadi kondusif dan adanya saling mempercayai untuk mencapai kemajuan sesuai yang dikehendaki.

Setelah saya membaca buku “Lead to Togetherness” dan beberapa mengutip dari internet bahwa Bridging Social Capital merupakan bentuk modal sosial yang biasa juga disebut bentuk modern dari suatu pengelompokan, grup, asosiasi atau masyarakat yang menganut prinsip universal tentang persamaan, kebebasan serta nilai-nilai kemajemukan dan humanitarian (kemanusiaan, terbuka dan mandiri). Jadi, Bridging Social Capital merupakan kemampuan suatu kelompok atau masyarakat untuk senantiasa berhubungan , berteman dan bekerja sama dengan beragam latar belakang manusia atau kelompok di dalam berbagai kelompok.

Seperti yang dijelaskan di atas bridging social capital menganut prinsip – prinsip :
1.      Prinsip Persamaan artinya setiap anggota memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama contohnya setiap keputusan  kelompok berdasarkan  kesepakatan yang telah ditentukan oleh para anggota.
2.      Prinsip Kebebasan (freedom of conscience) artinya setiap anggota kelompok bebas berbicara, mengemukakan pendapat dan ide-ide kreatif yang dapat dikembangkan dalam kelompok tersebut.
3.      Prinsip Kemajemukan dan Humanitarian artinya nilai-nilai kemanusiaan, penghormatan terhadap hak asasi setiap anggota dan orang lain yang merupakan prinsip dasar dalam pengembangan suatu kelompok. Contohnya memiliki kehendak untuk membantu orang lain, merasakan penderitaan orang lain, berimpati terhadap situasi.

Kelompok yang bersifat menjembatani (bridging) ditandai dengan beragam suku, budaya, dan cara hidup yang cenderung heterogen. Dan lebih mengarah ke pola outward looking yaitu kelompok yang senantiasa terbuka untuk mengikuti perkembangan dunia di luar kelompoknya. Bridging Social Capital akan lebih cepat berkembang karena membuka jalan dengan kemampuan menciptakan networking yang kuat, dapat menggerakan identitas yang lebih luas dan variatif , dan juga adanya akumulasi ide yang memungkinkan untuk berkembang secara luas.

Berkaitan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini sepertinya sulit untuk berkembang karena sebagian besar masyarakat Indonesia tidak percaya pada pemimpinnya. Pada kenyataannya pemimpin Indonesia saat ini memang banyak yang melakukan korupsi dan memperkaya diri sendiri dan keluarganya jadi wajar saja dan tidak mengherankan kalau masyarakat tidak merasakan adanya kebersamaan karena mereka tidak merasa memiliki kepentingan untuk mencapai tujuan bersama. Karena buruknya unsur-usur penopang seperti trust  dan norma-norma yang telah mengalami kehancuran akibat rezim otoriter yang  berpengaruh cukup dalam pada kehidupan masyarakat.. Maka modal social yang sudah dibentuk pun menjadi kurang kuat dan kurang berpengaruh seperti yang kita harapkan. Akibatnya kurang berdampak secara signifikan terhadap perbaikan kualitas individu maupun bagi perkembangan masyarakat luas. Karena modal social merupakan perekat persatuan keberagaman budaya dan Keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia

Bentuk modal social yang menjembatani (bridging social capital) umumnya dapat berkontribusi besar terhadap perkembangan kemajuan di masyarakat. Hasil kajian di banyak Negara menunjukkan bahwa dengan tumbuhnya bentuk modal social yang menjembatani memungkinkan berkembangnya demensi kehidupan, terkontrolnya korupsi, semakin efisiennya pekerjaan pemerintah, mempercepat usaha penanggulangan kemiskinan, kualitas hidup manusia akan meningkatkan dan bangsa menjadi jauh lebih kuat.

Mengaplikasikan beberapa Ilmu terhadap ”Bridging Social Capital”
1.      Pemahaman Pancasila terhadap modal social :
a.       Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Sesuai dengan prinsip kemajemukan dan humanitarian dalam bersosialisasi kita harus memiliki sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama dalam mewujudkan bridging social capital yang sesungguhnya. Dan percaya bahwa setiap yang dilakukan ada Tuhan yang mengawasi, jadi siapun baik pemimpin atau anggota merasa takut untuk melakukan korupsi.
b.      Sila kedua ”Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” yaitu mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Dalam prinsip persamaan bridging social capital bahwa antara anggota dan pemimpin memilik hak dan kewajiban yang sama. Pimpinan kelompok hanya menjalankan kesepakatan yang telah ditentukan oleh para anggota. Diaplikasikan dengan gemar dalam kegiatan kemanusiaan, mengembangkan sikap tenggang rasa.
c.       Sila ketiga ”Persatuan Indonesia” dimana kita harus menempatkan persatuan, kesatuan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Tidak membedakan – bedakan antara suku, agama, dan ras.
d.      Sila keempat ”Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” dimana pemimpin untuk mencapai bridging social capital harus mementingkan anggotanya dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain atau bisa dibilang jangan otoriter dan keputusan diambil berdasarkan musyawarah bersama.
e.       Sila kelima ”Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yakni menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

2.      Pengaruh SQ dan EQ terhadap modal sosial yang menjembatani
Telah dibahas tentang kecerdasan IQ, EQ dan SQ. Ketiga poin ini merupakan sangat penting untuk menjadi seorang pemimpin. Untuk menerapkan modal sosial yang menjembatani diperlukan kecerdasan EQ dalam setiap human, karena dengan memiliki kecerdasan sosial ini kita memiliki kesadaran diri,  motivasi pribadi, pengaturan diri, empati dan keahlian sosial. EQ lebih pada rasa, jika kita tidak mampu mengelola aspek rasa kita dengan baik, maka kita tidak akan mampu untuk menggunakan aspek kecerdasan konvensional (IQ) kita secara efektif.

Kecerdasan Spiritual (SQ) juga sangat berpengaruh untuk menerapkan bridging social capital karena kecerdasan spiritual mampu mengoptimalkan kerja kecerdasan yang lain dan mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang ia peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul. Jika hati telah tenang karena aliran darah telah teratur maka kita akan dapat berfikir secara optimal (IQ), sehingga lebih tepat dalam mengambil keputusan. Perlunya mengembangkan kecerdasan spiritual agar ia merasa bermakna, berbakti dan mengabdi secara tulus, luhur dan tanpa pamrih.

3.      Pengaruh Possitive Thinking Therapy terhadap modal sosial yang menjembatani
Dalam bersosialisasi yang sehat akan ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk terus meningkatkan kedewasaannya dalam mengaktualisasikan sikap dan perilaku yang dapat diterima oleh orang lain dilihat dari sisi rohaniah, sosial, emosional dan intelektual yang bersumber dari kepercayaan diri. Dengan demikian kita dapat memfokuskan atau mengarahkan pikiran kita dalam suatu situasi sebagai peluang ataupun sebagai hambatan seperti contohnya hari yang mendung dapat terasa indah.

4.      Pengaruh Social Rules for the Professional terhadap modal social yang menjembatani
Social rules ini sangat berpengaruh terhadap modal social yang menjembatani karena dalam bridging social capital terdapat berbagai macam latar belakang budaya, suku dan cara hidup, dan social rule ini merupakan kebiasaan  umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat. Social rules menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi social. Maka dari itu untuk menerapkan bridging social capital kita harus berperilaku baik dan sesuai dengan norma-norma social dengan menjunjung tinggi etika.

Tags: | 0 komentar

0 komentar:

Post a Comment